Jumat, 13 November 2009

Pengertian Dasar Scada

SCADA, singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition, merupakan
pendukung utama dalam sistem ketenagalistrikan, baik pada sisi pembangkit,
transmisi, maupun distribusi. Adanya sistem SCADA memudahkan operator untuk
memantau keseluruhan jaringan tanpa harus melihat langsung ke lapangan.
Ketidakadaan SCADA dapat diibaratkan seseorang yang berjalan tanpa dapat
melihat. Sistem SCADA sangat dirasakan manfaatnya terutama pada saat
pemeliharaan dan saat penormalan bila terjadi gangguan.
Sistem SCADA tidak dapat berdiri sendiri, namun harus didukung oleh berbagai
macam infrastruktur, yaitu:
1. Telekomunikasi
2. Master Station
3. Remote Terminal Unit
4. Protokol Komunikasi

Media telekomunikasi yang umum digunakan adalah PLC (Power Line
Communication), Fiber Optik, dan Radio link. Pada awalnya penggunaan radio link
dan PLC banyak digunakan, terutama karena penggunaan PLC yang tidak
memerlukan jaringan khusus namun cukup menggunakan saluran transmisi tenaga
listrik yang ada. Namun pada perkembangannya penggunaan PLC mulai beralih ke
Fiber Optik dikarenakan kecepatan bit per second yang jauh di atas PLC. Pada
kenyataannya ketiga media tersebut di atas digunakan secara bersama-sama,
sebagai main dan backup.
Master station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak yang ada di
control center. Biasanya desain untuk sebuah master station tidak akan sama,
namun secara garis besar desain dari sebuah master station terdiri atas:
1. Server
2. Workstation
3. Historikal data
4. Projection mimic, dahulu masih menggunakan mimic board
5. Peripheral pendukung, seperti printer, logger
6. Recorder
7. Global Positioning System untuk referensi waktu, dahulu masih menggunakan
master clock
8. Dispatcher training simulator
9. Aplikasi SCADA dan Energy Management System
10. Uninterruptable Power Supply (UPS) untuk menjaga ketersediaan daya listrik
11. Automatic Transfer Switch (ATS) dan Static Transfer Switch (STS) untuk
mengendalikan aliran daya listrik menuju master station.

Agar dapat melakukan akuisisi data maupun pengontrolan sebuah Gardu
Induk maka dibutuhkan suatu terminal yang dapat memenuhi persyaratan tersebut,
yaitu Remote Terminal Unit (RTU). Penggunaan RTU berawal dari RTU dengan 8 bit,
hingga sekarang telah dikembangkan RTU dengan 16 bit, bahkan sudah hampir
menyerupai sebuah komputer. RTU tersebut harus dilengkapi dengan panel,
transducer, dan wiring.

Pada masa lampau, RTU dikembangkan oleh pabrikan secara sendiri-sendiri,
juga dengan protokol komunikasi yang tersendiri sehingga tidak ada standarisasi.
Sebagai contoh ada RTU dengan protokol komunikasi HNZ, Indactic, dan sebagainya.
Penggunaan protokol yang berbeda-beda ternyata menimbulkan masalah di
kemudian hari ketika akan dilakukan penggantian. Hal ini dikarenakan produk lama
sudah tidak diproduksi lagi, sedangkan produk baru sudah mengikuti standarisasi.
Oleh karena itu dalam pembuatan maupun pengembangan sistem SCADA harus
mengacu pada standarisasi tersebut.
Saat ini telah disepakati standarisasi untuk protokol komunikasi antara lain
sebagai berikut:
1. IEC 60870-5-101
2. IEC 60870-5-102
3. IEC 60870-5-103
4. IEC 60870-5-104
5. IEC 60870-6
6. IEC 61850 (masih dalam pengembangan)

Permasalahan standarisasi telah menjadi topik yang penting untuk sistem
SCADA, dan akan dibicarakan lebih lanjut oleh penulis pada edisi yang akan datang.
Pada edisi ini penulis mencoba menggambarkan fungsi dasar dari sistem
SCADA, bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan SCADA hingga bagaimana
SCADA itu sendiri dapat melakukan komunikasi data lengkap dengan manajemen
data. Penulis mengharapkan agar buku ini bermanfaat bagi semua pembaca,
terutama buat yang berkecimpung di bidang SCADA baik praktisi maupun kalangan
akademis.

1 komentar: